Cari Cari

Selasa, Mei 26, 2009

5 'PR' Untuk Presiden Baru RI

Ada lima agenda pembangunan yang wajib dilanjutkan oleh siapa pun yang kelak terpilih menjadi Presiden RI lima tahun mendatang. 5 agenda itu akan tercapai jika pendidikan yang baik dapat dilaksanakan di Indonesia.

Hal itu disampaikan Presiden SBY dalam pidatonya di puncak peringatan nasional Hardiknas di Gedung Sabuga, Bandung, Selasa (26/5/2009).

"Untuk mencapainya, pendidikan dapat memberikan kontribusi. Maka kuatkan pilarnya demi mensukseskan tugas besar itu," kata SBY.

Lima agenda wajib tersebut sudah mulai dirintis dalam lima tahun terakhir. Hasilnya pun sudah mulai terlihat meski masih banyak yang perlu ditingkatkan. Hasil itu antara lain peningkatan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat. Membangun tata pemerintah yang baik, bersih dan cakap.

Selain itu, memekarkan demokrasi yang membawakan akhlak baik dan bermanfaat. Penegakan hukum yang tegas, terutama pemberantasan korupsi dan pembungan menyeluruh yang adil dan merata.

"Siapa pun pemimpin lima tahun mendatang, kita harapkan lima agenda penting ini dapat dijalankan," tandas SBY.

Lebih lanjut SBY menegaskan bahwa pemerintah akan secara optimal menggunakan anggaran pendidikan yang telah mencapai 20 persen dari APBN. Perbaikan itu dimulai dari perbaikan kurikulum, pembangunan dan perbaikan gedung sekolah, peningkatan kesejahteraan tenaga pengajar, perluasan akses dan penggunaan Teknologi Informasi.

"Itu misi mulia kita agar rakyat makin punya peluang mengikuti pendidikan yang baik। Maka perlu penetapan anggaran yang tepat dan memastikan peningkatan kesejahteraan," pungkas SBY.

http://pemilu.detiknews.com/read/2009/05/26/130101/1137274/700/sby-5-pr-untuk-presiden-baru-ri

Senin, Mei 25, 2009

Pangkas Anggaran Militer, ratusan nyawa jadi korban

SBY: Anggaran Pertahanan untuk Bikin Rusun Paspamres
Senin, 25-Mei-2009, 13:13:51
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjanji akan meningkatkan anggaran pertahanan, khususnya untuk alat utama sistem persenjataan (alutsista). Saat ini anggaran pertahanan sudah mencapai Rp 33,6 triliun atau terbesar ketika di APBN. Dana itu dipakai antara lain untuk membangun 7 blok rumah susun dinas Paspamres di Bogor yang siang tadi ia kunjungi. (5 klik)

http://www.endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewcat&cid=43

Jumat, Mei 15, 2009

 Default Profil prabowo subianto
Mengenal Siapa Itu Prabowo Subianto?
Prabowo Subianto
Kembali ke Ladang Pengabdian


Pensiun dari dinas militer, Prabowo beralih menjadi pengusaha. Ia mengabdi pada dua dunia. Nama mantan Pangkostrad dan Komjen Kopassus ini kembali mencuat, menyusul keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Golkar. Kemudian dalam Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kongres V Petani 5 Desember 2004 di Jakarta, dia terpilih menjadi Ketua Umum HKTI periode 2004-2009 menggantikan Siswono Yudo Husodo dengan memperoleh 309 suara, mengalahkan Sekjen HKTI Agusdin Pulungan, yang hanya meraih 15 suara dan satu abstein dari total 325 suara.
Putera begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini telah kembali ke ladang pengabdian negerinya. Tak berlebihan untuk mengatakannya demikian. Maklum, kendati sudah hampir tiga tahun pulang ke tanah air – setelah sempat menetap di Amman, Yordania – Prabowo praktis tak pernah muncul di depan publik. Apalagi, ikut nimbrung dalam hiruk-pikuk perpolitikan yang sarat dengan adu-kepentingan segelintir elite.

Mantan menantu Soeharto ini lebih memilih diam, sembari menekuni kesibukan baru sebagai pengusaha. ”Kalau bukan karena dorongan teman-teman dan panggilan nurani untuk ikut memulihkan negara dari kondisi keterpurukan, ingin rasanya saya tetap mengabdi di jalur bisnis. Saya ingin jadi petani,” ucap Prabowo.

Prabowo sangat mafhum, menjadi capres – apalagi kemudian terpilih sebagai presiden – bukan pilihan enak. Karena, siapa pun nanti yang dipilih rakyat untuk memimpin republik niscaya bakal menghadapi tugas yang maha berat. ”Karenanya, Pemilu 2009 merupakan momentum yang sangat strategis untuk memilih pemimpin bangsa yang tidak saja bertaqwa, tapi juga bermoral, punya leadership kuat dan visi yang jelas untuk memperbaiki bangsa,” tambahnya.

Bagi sebagian orang, rasanya aneh menyaksikan sosok Prabowo Subianto tanpa seragam militer. Tampil rapi dengan setelan PDH warna kelabu, lelaki 58 tahun itu memang terlihat lebih rileks jika dibandingkan semasa masih dinas aktif dulu. Senyumnya mengembang dan tak sungkan berbaur dengan masyarakat.

Dalam setiap orasinya calon presiden Partai GERINDRA ini, bahkan amat fasih bertutur tentang kesulitan yang mengimpit para petani dan nelayan, serta beraneka problem riil di masyarakat yang kian mengenaskan. ”Situasi ini harus cepat diakhiri. Kita harus bangkit dari kondisi keterpurukan dan membangun kembali Indonesia yang sejahtera,” ujarnya di atas podium.



Lahan Pengabdian
Pengabdian memang tak mengenal ruang dan waktu. Yang penting, bagi Prabowo, pengabdian harus dilandasi oleh komitmen dan kesungguhan untuk menjadi yang terbaik. Tentang ini, perjalanan hidup Prabowo – yang hampir separonya diabdikan sebagai prajurit TNI AD – memberi kesaksian penting ihwal bagaimana pengabdian dilakukan. Juga, bagaimana menyikapi risiko dari sebuah keputusan. Jika dicermati, perjalanan hidup Prabowo memang penuh mozaik dan sarat dengan cerita mengharu biru. Suatu perjalanan yang membuatnya lekat dengan pujian, sekaligus cercaan.

Sejarah mencatat, pengabdian 24 tahun Prabowo dalam dinas militer tidak sekadar mengantarkannya menjadi jenderal berbintang tiga. Namun, sekaligus meneguhkan reputasi pribadinya, hingga tercatat sebagai salah seorang tokoh yang berperan dan menjadi saksi penting dalam sejarah republik. Sebagai perwira TNI AD, reputasi alumnus Akabri Magelang (1974) ini memang membanggakan. Karier militernya – yang banyak diisi dengan penugasan di satuan tempur – terhitung lempang.

Pada masanya, Prabowo bahkan sempat dikenal sebagai the brightest star, bintang paling bersinar di jajaran militer Indonesia. Dialah jenderal termuda yang meraih tiga bintang pada usia 46 tahun. Ia juga dikenal cerdas dan berpengaruh, seiring dengan penempatannya sebagai penyandang tongkat komando di pos-pos strategis TNI AD.

Nama Prabowo mulai diperhitungkan, terutama sejak ia menjabat Komandan Jenderal Kopassus (1996) dan aktif memelopori pemekaran satuan baret merah itu. Dua tahun kemudian, ayah satu anak ini dipromosikan menjadi Panglima Kostrad. Posisi strategis yang, sayangnya, tidak lebih dari dua bulan ia tempati. Karier gemilang Prabowo memang kemudian meredup seketika. Sehari setelah Presiden Soeharto mundur dari kekuasaan, 21 Mei 1998, Prabowo – yang ketika itu menantu Soeharto – ikut digusur. Ia dimutasikan menjadi Komandan Sesko ABRI, sebelum akhirnya pensiun dini. Berbarengan dengan itu, bintang di pentas militer itu lantas diberondong dengan aneka rumor. Publik seolah digiring pada stigma serba negatif yang amat memojokkan sang jenderal.



Mulai dari tudingan bahwa dialah dalang (mastermind) dari serangkaian aksi penculikan para aktivis, penembakan mahasiswa Trisakti, penyulut kerusuhan Mei 1998, hingga menerabas ke isu seputar klik dan intrik di kalangan elite ABRI. Mulai dari tudingan adanya ”pertemuan konspirasi” di Markas Kostrad pada 14 Mei 1998, tuduhan hendak melakukan kudeta yang dikaitkan dengan isu ”pengepungan” kediaman Presiden B.J. Habibie oleh pasukan Kostrad dan Kopassus, sampai ke pembeberan sifat-sifat pribadinya
Lebih mengenaskan lagi, hampir semua kekacauan di tanah air sebelum dan sesudah Mei 1998 nyaris selalu dipertautkan dengan Prabowo,tapi hal itu tidak terbukti.

Setelah hiruk-pikuk 1998 berlalu, yang berujung dengan berakhirnya masa dinas militernya, Prabowo kemudian terbang ke Inggris, sebelum bermukim di Yordania. Dari sinilah, ia mulai merintis karier sebagai pengusaha. Sebagai putra dari keluarga begawan ekonomi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo sebenarnya tak terlalu asing dengan dunia usaha. Apalagi, selain ayahnya, anggota keluarga yang lain umumnya juga menekuni dunia bisnis.
Tak berbeda dengan di militer, karier Prabowo di dunia usaha pun melesat cepat. Selain karena kesungguhan dan kerja keras, ia juga tergolong cepat belajar. Kini, lima tahun setelah pensiun, ia telah memimpin armada bisnis di bawah payung Nusantara Group. Wilayah usahanya terentang dari Kalimantan Timur hingga Kazakhstan. Dari kelapa sawit, perikanan, pertanian, bubur kertas (pulp) hingga minyak dan pertambangan. ”Militer dan bisnis sama saja. Sama-sama lahan untuk mengabdi, dan sama-sama banyak tantangan yang mesti dihadapi,” tutur Prabowo, yang gigih menawarkan konsep ekonomi kerakyatan dalam visi-misinya sebagai capres Partai GERINDRA.
“Prabowo seorang negarawan yang sudah capek melihat bangsa dan rakyatnya miskin dan menderita, ia ingin mensejahterakan rakyatnya dan membuat Indonesia mandiri dan makmur.”